Jakarta, wartaterkini.news–Setidaknya ada dua kategori tantangan pengelolaan sumber daya air di Indonesia, yaitu ancaman dan layanan. Hal tersebut disampaikan oleh Hidayat Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN dalam Talk To Scientist edisi World Water Forum Senin (26/02).
“Dari segi ancaman bisa dikelompokkan menjadi tiga hal yaitu pengelolaan water stress yang semakin meningkat, mengatasi pencemaran, dan meningkatkan keberlanjutan serta meningkatkan ketahanan terhadap bencana,” ujar Hidayat dalam keterangannya dikutip dari laman BRIN, Jakarta, Selasa (27/2/2024),
Sementara dari sisi layanan, kata Hidayat, yaitu terkait penyediaan air untuk daerah perkotaan dan pedesaan, peningkatan layanan sanitasi dan pengolahan air limbah, serta memodernisasi irigasi dan meningkatkan produktivitas. Hal tersebut berkaitan dengan produksi dan ketahanan pangan, lanjut Hidayat.
“Pusat Riset kami telah merumuskan beberapa program terkait ketahanan air hingga tahun 2029 yang berfokus pada pengembangan upscaled Decision Support System (DSS) untuk pengelolaan Daerah Aliran Sungan (DAS) dan danau prioritas serta produk kebijakan ketahanan air berkelanjutan,” terang Hidayat.
Sementara itu dari sisi mitigasi dan adaptasi bencana, BRIN memulai dari eksplorasi dan identifikasi karakteristik bencana di wilayah-wilayah di Indonesia yang dapat menghasilkan kebijakan penataan wilayah berdasarkan mitigasi dan adaptasi bencana keairan baik itu bencana hidrometeorologi maupun penurunan kesehatan perairan.
Hidayat menjelaskan ada 3 rumah program Organisasi Riset Kebumian dan Maritim yang terkait dengan ketahanan air. Yang pertama adalah RP purwarupa teknologi pemantauan kebencanaan hidrometeorologi dan iklim, contohnya adalah sistem cerdas untuk peringatan dini banjir di DAS Bekasi (SIAGA).
RP kedua adalah purwarupa perangkat lunak DSS pengelolaan DAS, contohnya adalah pengembangan DSS untuk pengendalian kerusakan lahan DAS dan pencemaran Sungai. Serta RP ketiga adalah purwarupa perangkat lunak DSS pengelolaan Danau Prioritas, contohnya adalah sistem penunjang Keputusan pengelolaan danau disebut juga SIDANAU (Sistem Informasi Danau).
“Krisis air yang diproyeksikan akan meningkat karena pertumbuhan populasi dan kebutuhan pembangunan ini, riset dan inovasi diharapkan dapat menjawab tantangan ini, kemudian juga penetapan konsep pengelolaan sumber daya air tidak terpadu sangat diperlukan untuk menjamin terpenuhinya 5 dimensi ketahanan air dan SDGs,” ujar Hidayat.
Dirinya berharap program riset ORKM, RP purwarupa teknologi pemantauan kebencanaan hidrometeorologi dan iklim, RP purwarupa DSS untuk pengelolaan DAS dan danau prioritas diharapkan dapat mereduksi bencana geometri dan lingkungan keairan, dan juga diharapkan bisa mengoptimalkan daya dukung terhadap multifungsi perairan yang memberi manfaat pada kesehatan masyarakat.
Terkait mitigasi dan pengelolaan bencana, Muchamad Saparis Soedarjanto, Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan DAS-Ditjen PDASRH-KLHK, menyebut bahwa BRIN berperan sebagai mitra yang penting untuk menghasilkan kebijakan yang tepat sasaran.
“Intervensi yang dilakukan berkaitan dengan banjir saat ini apakah menjadi solusi atau hanya memindahkan banjir, hal seperti itu harus menjadi perhatian dan digali juga dikembangkan untuk menjadi pertimbangan dalam membuat kebijakan nasional. Sekarang ini BRIN harus bisa menjadi mitra yang kuat untuk memperoleh kebijakan,” ujar Saparis. (*)