Kerja Sama Harus Mampu Garap Isu Riset sebagai Tantangan Indonesia

Jakarta, wartaterkini.news–Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (KI) telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang Riset dan Inovasi di Bidang Maritim, Kebumian, Hayati dan Lingkungan, Pertanian dan Pangan, serta Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat.

Deputi Bidang Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, R. Hendrian, saat penandatanganan MoU dengan KI di Gedung Bj. Habibie Jakarta, Senin (19/2/2024) menyampaikan, dalam penandatangan kerja sama ini, harus optimal dalam menggarap isu-isu riset dan inovasi sebagai tantangan untuk Indonesia.  Tidak dalam konteks untuk membuat alur kerja sama menjadi rumit, agar menjadi lebih baik. Terkoordinir, tidak berhenti sebagai seremonial saja, tetapi ada kegiatan-kegiatan yang riil dan segera dieksekusi.

“Setelah penandatanganan MoU ini agar dilakukan eksplorasi kemungkinan-kemungkinan kerja sama yang lebih luas, baik dengan Pusat Riset (PR) lainnya maupun dengan PR yang sudah bekerja sama. Memperluas tema-tema risetnya yang penting dan seksi, seperti di bidang biodiversity terrestrial maupun yang maritim,” kata  R. Hendrian dalam keterangannya dikutip dari laman BRIN, Jakarta, Selasa (28/2/2024).

Menurutnya, BRIN tentu akan sangat gembira apabila di dalam menggarap isu-isu tersebut tidak berjalan sendirian. Pada prinsipnya BRIN dibangun bukan untuk sekedar mengakomodir para peneliti di internal BRIN, tapi untuk berbagai pihak yang terlibat dan memberikan perhatian kepada persoalan riset dan inovasi.

“Selain itu, pimpinan BRIN selalu menegaskan agar kegiatan-kegiatan riset itu juga dilakukan dalam satu koridor mekanisme kekayaan intelektual  dan lisensi. Mekanismenya diatur oleh Direktorat Alih dan Sistem Audit Teknologi BRIN,” ungkapnya.

Dirinya berharap agar MoU itu dilakukan secara konkrit, dapat menangani beberapa tantangan dan tanggung jawab yang harus diselesaikan dalam pengelolaan lingkungan dan biodiversitas yang ada di dalamnya.

“Di luar dari PR yang sudah dijelaskan dalam MoU, sambil berjalan bisa diperluas untuk kerja sama dengan OR Botani Terapan di bawah PR Hayati dan Lingkungan BRIN. Saya mencatat yang disampaikan KI ada salah satu prioritasnya yang terkait dengan kawasan konservasi,” sarannya.

Baca Juga :   Perum Jasa Tirta I Sepakati Kerja Sama Bidang Sumber Daya Air dan Energi Baru Terbarukan

Ia memaparkan, ada hal-hal yang bisa dilakukan bersama untuk mendorong kualitas pengelolaan berbagai Kebun Raya (KR) di Indonesia. Sampai dengan saat ini tercatat tidak kurang dari total sekitar 48 KR.

“Kami akan sangat senang apabila di dalam mengawal pendampingan berbagai KR tersebut juga bisa bekerja sama dengan mitra-mitra riset termasuk KI. BRIN tidak bisa melakukan hal ini sendirian, kita harus bersama-sama untuk menjadikan pemanfaatan sumberdaya hayati menjadi salah satu penopang pembangunan nasional,” harapnya.

Dalam kegiatan ini dihadiri kepala PR, direktur, dan para peneliti BRIN. Nugroho Dwi Hananto Direktur Pengelolaan Armada Kapal Riset BRIN mengatakan, sebenarnya penelitian riset dan inovasi di laut dan samudra tidak dapat dipisahkan dengan riset dan inovasi di darat.

“Tugas kami adalah melayani seluruh periset Indonesia dalam melakukan riset dan inovasi, utamanya di laut dan samudra. BRIN memberikan fasilitasi berupa kapal riset yang mumpuni, dapat diandalkan untuk melaksanakan riset dengan hasil yang signifikan,” jelasnya.

Dirinya menyambut baik kerja sama antara BRIN dan KI ini, terutama dalam melakukan eksplorasi SDL secara berkelanjutan di Indonesia. Dia berharap kerja sama ini dapat dilanjutkan untuk membuahkan hasil-hasil yang tidak terduga dari lautan Indonesia.

“Baru sedikit dari laut kita yang telah diekplorasi dan dimanfaatkan SDA nya. Kami siap membantu KI dan teman-teman di BRIN yang terlibat dalam MoU ini, kita bersama-sama untuk melakukan eksplorasi sumber daya laut secara berkelanjutan,” ucapnya.

Udhi Eko Hernawan Kepala PR Oseanografi BRIN menyatakan, 2 tahun terakhir BRIN sudah melakukan kerja sama dengan KI tentang blue carbon, kemudian perikanan, untuk konsevasi akan diinisiasi. “Selama 2 tahun terakhir ini juga kami melihat ini kerja sama yang bagus, kita mendiseminasikan hasil-hasil kegiatan riset. Terutama blue carbon, mangrove di Indonesia timur, dan tentang blue carbon di Papua,” jelasnya.

Ia melihat kerja sama ini berpeluang untuk dilanjutkan, diperluas cakupan kegiatannya, karena untuk beberapa tema memang sangat relevan dengan KI.

Baca Juga :   Kemnaker Jajaki Kerja Sama Bidang Ketenagakerjaan dengan Thailand

“Ada satu tema juga yang di level teknis bisa kita diskusikan lebih lanjut, terkait dengan rumput laut. Di bawah OR Kebumian dan Maritim ini ada  PR Bioindustri Lautan Darat, yang tahun ini akan mengelola satu kegiatan riset terkait dengan rumput laut. Mulai dari biodiversitas sampai pemanfaatan, bahkan bioteknologinya, jadi dari hulu sampai ke hilir. Kita bisa bermitra dengan KI dan kita akan melihat aspek kemanfaatan dan hasilnya menjadi lebih besar,” tuturnya.

Eko berharap dengan penandatanganan ini bisa ditindaklanjuti pada level teknis, dan ada beberapa kegiatan yang bis dikerjakan bersama-sama. “Semoga kerja sama ini menjadi awal yang bagus untuk memajukan riset di bidang kelautan secara umum, dan untuk kemajuan bangsa Indonesia,” kata Eko.

Devi Dwiyanti Peneliti Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat BRIN membeberkan, terkait dengan aspek restorasi yang menjadi ranah dari KI, sesuai dengan tupoksi PR nya untuk menggali data baseline untuk pengelolaan tambak.

“Saya berharap dari MoU ini, ada bentuk kerja sama lainnya yang bisa diimplementasikan dan juga lebih berkembang lagi ke aspek lainnya. Kebetulan di PR kami meliputi konservasi spesies genetik dan habitat. Nanti kita bisa saling mengisi dan menunjang, karena ada beberapa tema yang akan beririsan juga dengan PR lainnya,” ulasnya.

Meizani Irmadhiany, Ketua Pengurus Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (KI) mengatakan, KI adalah yayasan nasional yang berdiri di bidang konservasi dan pelestarian SDA serta eko sistem.

“Kita bekerja di bidang SDM kahati baik di daratan, pesisir, laut dan perikanan. Bekerja dengan mitra, baik di tingkat blobal maupun nasional, untuk mewujudkan tata kelola ekosistem. Keanekaragaman hayati (Kehati) yang adil dan juga bisa membawa manfaat berkelanjutan untuk masyarakat Indonesia. Kawasan-kawasan ini juga diharapkan menjadi suatu public good yang bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia maupun luar negeri yang datang ke Indonesia,” terangnya.

Ada beberapa bidang riset yang akan menjadi fokus KI, yaitu mengenai riset di bidang potensi SDL, dan sumber daya terrestrial. Selain itu ada juga potensi riset kawasan konservasi untuk lebih dikembangkan, yakni riset tentang perpaduan atau integrasi antara proteksi dan produksi. Bagaimana kawasan konservasi itu bisa membawa nilai lebih ataupun insentif dari produksi maupun ekonomi, yang dapat berkaitan langsung dengan perlindungan alam.

Baca Juga :   Polres Kediri Kota Ungkap Kasus Curat di 2 TKP Dalam Semalam

“Riset tentang status dan pengelolaan spesies yang tetap berjalan, seperti endemic species, local species, indicator species. Baik di perairan maupun di darat tetap penting, karena di Indonesia ini banyak sekali kehati dan spesies yang ada,” rincinya.

Ia mengutarakan, riset mengenai pengelolaan pemanfaatan komoditas dan sumber daya secara berkelanjutan juga menjadi suatu faktor penting dalam pembangunan ke depan. Tentunya dengan riset kegunaan dan dampak manajemen konservasi bagi masyarakat.

“Hal yang cukup penting juga, selain kebijakan konservasi maupun riset tentang mitigasi, adaptasi dan perubahan iklim, termasuk karbon biru. Kita lihat riset tentang sistem pendanaan konservasi, ini juga harus menjadi salah satu tolak ukur, atau sesuatu yang kita bangun bersama-sama. Kita melihat bahwa komitmen pemerintah Indonesia sangat baik di bidang konservasi. Hal penting untuk dapat membangun Kawasan konservasi dan mengelolanya secara efektif akan membutuhkan pendanaan yang berkelanjutan,” katanya.

Dirinya mengharapkan, ke depan bisa lebih membangun kerja sama pada tingkat penelitian maupun publikasi dan diseminasi, pertukaran data, atau personal tenaga ahli. Kemudian, kegiatan-kegiatan lain yang bisa dikembangkan di kemudian hari.

“Semoga penandatanganan MoU ini membawa kolaborasi yang lebih kuat lagi. Ada dampak positif bagi perlindungan dan pelestarian SDA dan kawasan penting yang kita yakini adalah pondasi pembangunan berkelanjutan untuk Indonesia,” ungkapnya.