Integrasikan Kebutuhan Pembelajaran, UNIMMA Gelar Workshop PKPA

Fikes UNIMMA melalui Tim Taskforce pendirian Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker (PSPPA) menggelar workshop penyusunan modul pembelajaran bersama perseptor. (foto: UNIMMA/Narwan)

Magelang Jateng, wartaterkini.news Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) melalui Tim Taskforce pendirian Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker (PSPPA) menggelar workshop penyusunan modul pembelajaran bersama perseptor. Acara dilaksanakan di Aula Fikes pada Senin (29/01/2024) dan dihadiri oleh perseptor dari lahan rumah sakit, apotek, puskesmas dan industri, di antaranya CV Herbal Indo Utama dan PT Capung.

Ketua Tim Taskforce, apt. Heni Lutfiyati, M.Sc, dalam sambutannya mengatakan bahwa program studi (prodi) S1 Farmasi UNIMMA telah terakreditasi B.

“Jumlah S1 Farmasi dan PSPPA di Indonesia tidaklah berimbang. APTFI (Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia) mendorong institusi sarjana farmasi yang telah terakreditasi B untuk bisa segera mengajukan program Pendidikan Profesi Apoteker,” ujarnya.

Baca Juga :   Rintis Pertanian Multikultur, UNIMMA Jalin Sinergi Dengan MPM

Menurutnya, saat ini tenaga kefarmasian dibagi menjadi dua meliputi tenaga vokasi dan apoteker. Sehingga menuntut UNIMMA untuk segera membuka PSPPA.

“Alhamdulillah saat ini kami sedang proses pendirian dan untuk profesi apoteker sudah melalui beberapa tahap. Ada beberapa kali visitasi dan saat ini menunggu visitasi yang terakhir,” ungkapnya.

Selanjutnya, apt. Heni menyampaikan terima kasih kepada perseptor dan berharap workshop tersebut dapat menghasilkan modul PKPA (Praktik Kerja Profesi Apoteker) bagi mahasiswa dalam menjalankan pendidikannya.

Baca Juga :   DPR RI Dukung Angkatan Darat Perkuat Satuan Siber

“Di pendidikan profesi apoteker ini sama dengan pendidikan profesi yang lain, jadi sebagian besar adalah praktek di lahan. Untuk pelaksanaan pembelajaran PSPPA mengacu pada peraturan yang baru. Proses pembelajarannya bersifat interaktif, holistik, integratif, scientific, kontekstual, tematik, efektif dan kolaboratif serta selalu berpusat pada kebutuhan mahasiswa,” tuturnya.

Adapun untuk mencapai hal tersebut, dikatakan membutuhkan modul praktik yang memang sesuai dengan kondisi lapangan. Juga perlu penyesuaian, improvisasi dan internalisasi keunggulan dan kearifan lokal maupun nasional. Sesuai dengan visi prodi yaitu unggul dalam bidang farmasi bahan alam berkelanjutan.

Workshop dikemas dengan FGD (Forum Group Discussion) dan diakhiri dengan RTL (Rencana Tindak Lanjut). (Narwan/Red)