Jakarta, wartaterkini.news–Pelatihan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2023/2024 diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan Kompetensi dan Direktorat Pengukuran dan Indikator Riset Teknologi dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang diikuti oleh 206 orang calon petugas lapangan.
Dikutip dari laman resmi BRIN Rabu (13/3/2024), Direktur Pengembangan Kompetensi BRIN, Sasa Sofyan Munawar menyampaikan bahwa tujuan pelatihan yakni untuk meningkatkan pengetahuan, pembahaman, dan sikap para calon petugas lapangan supaya bisa memahami konsep pengumpulan data, metode kuisioner dengan menggunakan aplikasi yang digunakan dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia.
Pelatihan tersebut berlangsung selama sembilan hari hingga 23 Maret 2024. Pelatihan ini akan menggunakan sistem dalam jaringan (daring) melalui website Learning Management System (LMS) dengan rincian kegiatan terdiri dari tujuh materi inti, empat praktik dengan durasi waktu 72 jam pembelajaran yang diikuti oleh peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia
“Pelatihan cukup lama sembilan hari tentu harus dimaksimalkan mengikuti ini. Materi bagaimana memahamai konsep pelaksana pengumpulan data dengan aplikasi yang digunakan,” ujar Sasa.
Sasa berharap, para peserta yang sudah mengikuti pelatihan akan mampu menjalankan survei demografi dengan standar yang tinggi, akurat serta efektif dalam pembangunan nasional di Indonesia.
Direktur Pengukuran dan Indikator Riset Teknologi dan Inovasi BRIN, Khairul Rizal turut mengatakan bahwa pelatihan yang diselenggarakan ini nantinya bisa digunakan dalam penyusunan kebijakan dengan data yang akurat guna menunjang pelaksanaan program pemerintah yang lebih baik di masa mendatang.
“”Kegiatan SDKI ini sangat serius. Hal itu karena ekspektasi dari para staekholder yang tinggi, baik dari kalangan pemerintahan maupun akademisi. Data ini yang nantinya akan digunakan untuk menyusun kebijakan, yang akan digunakan sebagai base line angka dasar pencapaian ke depan dan kebijakan yang bersifat operasional, sehingga kalau data kurang akurat tentu akan berpengaruh terhadap pelaksanaan program pemerintah ke depan,” kata Khairul.
Khairul juga menyampaikan dalam pelatihan ini akan diajarkan dalam penggunaan metode yang terbaru melalui pendekatan daring secara mandiri. Ia berharap supaya pelatihan yang diselenggarakan bisa meningkatkan kemandirian peserta dalam belajar agar mampu memaksimalkan keefektifan pembelajaran melalui LMS.
“”Kombinasi ini diharapkan lebih aktif belajar sendiri, dengan asumsi bahwa pembelajaran paling efektif itu di-drive oleh kemauan dan keingintahuan sendiri. Ini merupakan kunci dari para peniliti dimana motivasi terbesar itu dari rasa ingin tahu sehingga kita akan fokus dan giat belajar. Karena keinginan belajar itu timbul dari rasa ingin tahu,” ujarnya.