Transmisi Kanker Leher Rahim Melalui Dua Jalur

Jakarta, wartaterkini.news–Human Papiloma Virus (HPV) merupakan penyebab utama seseorang terkena kanker leher rahim. Seseorang yang menderita kanker leher rahim, sebanyak 99,7 persen terjadi karena persisten infeksi dari virus HPV.

HPV bisa masuk melalui beberapa jalur ke tubuh manusia, yaitu jalur seksual dan jalur non seksual. Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan serta Konsultan Onkologi Muhammad Yusuf mengatakan bahwa memang jalur seksual paling banyak peresentasenya diatas 99 persen.

“Contohnya hubungan seksual yang tidak aman, pasangan yang memiliki aktifitas seksualnya banyak, atau pola hidup dengan berganti-ganti pasangan,” kata dr. Yusuf seperti yang dikutip dari InfoPublik Sabtu (24/2/2024).

Sedangkan jalur nonseksual angkanya amat sangat kecil jadi bisa diabaikan. Meskipun begitu berdasarkan penelitian, transmisi jalur nonseksual seperti kasus-kasus dari seorang obstetri ginekologi atau bidan yang membantu melahirkan secara normal pada perempuan yang serviksnya mengandung HPV.

Baca Juga :   13 Parpol Deklarasi Dukung Gus Barra di Pilkada 2024

Transmission airbone HPV bisa terbang sehingga, kata dr. Yusuf bisa terhirup tenaga kesehatan tersebut dan bisa memicu kanker saluran pernapasan.

Ia juga mengatakan bahwa wanita yang sedang menstruasi, serviksnya mengalami iritasi. Apabila penis yang melakukan penetrasi dan mengenai serviks yang iritasi tadi, akan ditransmisi hpv dan mengakibatkan infeksi pada lapisan-lapisan sel yang ada dipermukaan serviksnya terutama infeksi di sel basal.

“Infeksi HPV dini, adanya kelainan sel serviks tingkat rendah dan dapat disembuhkan dalam waktu 12-24 bulan. Sedangkan infeksi genotif HPV onkogenik, kelainan sel tingkat tinggi, dapat menjadi kanker dalam waktu 10-15 tahun jika tidak ditangni,” kata dr. Yusuf.

Baca Juga :   Kemenkes Siapkan 15.746 Fasilitas Layanan Kesehatan Hadapi Libur Nataru 2023/2024

Menurutnya, vaksinasi HPV dan skrining dini kanker leher rahim banyak manfaatnya dalam upaya pencegahan kanker leher rahim. Bagi yang melakukan vaksinasi dibawah usia 17-28 tahun, angka kejadian kankernya amat sangat rendah, dibawah lima persen.

Bagi yang melakukan vaksinasi di usia 17-30 tahun, kejadian kanker leher rahimnya sedikit lebih tinggi dari yang mendapatkan vaksinasi HPV dibawah usia 17 tahun.

“Semakin muda jika melakukan vaksinasi, maka imunogenitasnya akan semakin baik. Level proteksi antibodi yang diingat tubuhnya ketika mendapatkan vaksin dan ketika ada infeksi baru, tubuh akan mengingat serta menghajar antigen yang masuk dengan lebih baik,” kata dr. Yusuf.

Baca Juga :   Optimalkan Kinerja, KKP Sukses Pertahankan Predikat Badan Publik Informatif

Sedangkan untuk yang tidak mendapatkan vaksinasi HPV, maka angka kejadian kanker leher rahim akan meningkat bahkan hampir 90 persen akan mendapatkan kanker selama hidupnya. (*)